Mukjizat Terbelahnya Bulan

2-6-2024 | IslamWeb

Pertanyaan:

Apakah terbelahnya bulan merupakan mukjizat Rasulullah, ketika Kaum Quraisy meminta hal itu dari beliau?

Jawaban:

Segala puji bagi Allah, dan shalawat serta salam semoga selalu tercurahkan kepada Rasulullah beserta keluarga dan para shahabat beliau.

Allah—Subhânahu wa Ta`âlâ—telah mengutus rasul-rasulnya sebagai pembawa berita gembira dan pemberi peringatan bagi manusia, lalu Allah menguatkan mereka dengan mukjizat-mukjizat untuk menjadi bukti atas kebenaran ajaran Allah yang mereka sampaikan.

Mukjizat-mukjizat yang diberikan kepada para rasul terdahulu berakhir dengan wafatnya masing-masing rasul yang membawanya. Nabi kita juga memiliki banyak mukjizat dari jenis ini, tapi kemudian beliau diistimewakan dengan mukjizat yang sangat besar dan kekal, yaitu mukjizat Al-Quranul Karim.

Di antara mukjizat beliau adalah: beliau mendengar bebatuan mengucapkan salam kepada beliau, menangisnya batang kurma yang sebelumnya menjadi tempat beliau bersandar, menyembuhkan orang yang sakit dengan izin Allah—Subhânahu wa Ta`âlâ, dan mukjizat-mukjizat lainnya.

Al-Quranul Karim juga menyebutkan mukjizat lain yang beliau miliki, yaitu peristiwa Isrâ' dan Mi`râj. Allah—Subhânahu wa Ta`âlâ—berfirman (yang artinya): "Mahasuci Allah yang telah memperjalankan hamba-Nya pada suatu malam dari Masjidil Harâm ke Mesjid Al-Aqsha." [QS. Al-Isrâ': 1]

Demikian pula mukjizat terbelahnya bulan yang Anda tanyakan itu. Allah—Subhânahu wa Ta`âlâ—berfirman tentang-Nya (yang artinya): "Telah dekat datangnya hari Kiamat, dan telah terbelah bulan." [QS. Al-Qamar: 1]

Para ulama tafsir menyebutkan bahwa sebab turun ayat ini adalah karena Kaum Musyrikin meminta dari Nabi—Shallallâhu `alaihi wasallam—sebuah mukjizat nyata yang menunjukkan kebenaran dan kejujuran beliau. Mereka menyebutkan secara khusus permintaan untuk dibelahkan bulan, seraya berjanji kepada beliau bahwa mereka akan beriman apabila beliau dapat melakukan itu. Pada malam itu, bulan sedang purnama, yaitu malam tanggal empat belas, ketika bulan tampak dalam bentuknya yang paling sempurna dan paling jelas. Lalu Rasulullah—Shallallâhu `alaihi wasallam—berdoa kepada Allah agar mengabulkan kepada beliau apa yang mereka minta itu. Lalu bulan pun benar-benar terbelah menjadi dua bagian: Satu belahan berada di atas bukit Shafa, dan satu belahan lagi berada di atas bukit Qaiqi`ân yang berhadapan dengan Shafa.

Peristiwa ini diriwayatkan dalam sebuah hadits shahîh, dari Anas ibnu Malik, (ia mengisahkan) bahwa: "Penduduk Mekah meminta kepada Rasulullah—Shallallâhu `alaihi wasallam—untuk memperlihatkan kepada mereka sebuah mukjizat, lalu beliau memperlihatkan kepada mereka bulan terbelah dua, sampai mereka melihat Hirâ' berada di antara keduanya." [HR. Al-Bukhâri]

Tetapi setelah peristiwa yang luar biasa itu terjadi, Kaum Quraisy tidak percaya, bahkan menganggapnya sebagai sihir semata. Itulah memang kebiasaan orang-orang yang berpaling dari Agama Allah, ketika kebenaran menghancurkan argumen mereka dan memadamkan kesesatan mereka.

Setelah itu, mereka tetap tidak mau menahan diri untuk terus melakukan usaha-usaha makar terhadap beliau dan menentang beliau, baik dengan cara merusak citra prinsip-prinsip Agama maupun dengan memutarbalikkan fakta. Karena mereka mengira bahwa hal itu akan mampu menghancurkan Agama ini, tetapi itu mustahil. Allah—Subhânahu wa Ta`âlâ—berfirman (yang artinya): "Mereka berkehendak memadamkan cahaya (Agama) Allah dengan mulut (ucapan-ucapan) mereka, dan Allah tidak menghendaki selain menyempurnakan cahaya-Nya, walaupun orang-orang yang kafir tidak menyukai." [QS. At-Taubah: 32]

Wallâhu a`lam.

www.islamweb.net