Hakikat Dunia

30-6-2024 | IslamWeb

Pertanyaan:

Saya seorang pemuda berumur 17 tahun. Mata saya memandang bahwa Dunia lebih baik daripada Akhirat. Saya melihat orang-orang khusyuk menangis di bulan Ramadhân, sementara saya bermalas-malasan beramal untuk Akhirat, dan justru condong kepada Dunia.
Berkenankah Anda menjelaskan sebab semua itu kepada saya? Apa jalan yang harus saya tempuh agar jiwa ini mencintai Akhirat dan membenci Dunia?

Jawaban:

Segala puji bagi Allah, dan shalawat serta salam semoga selalu tercurahkan kepada Rasulullah beserta keluarga dan para shahabat beliau.

Salah satu ujian besar dalam Dunia yang palsu dan menipu ini adalah bahwa ia mengecoh manusia dan menutupi matanya dengan sekat yang sangat tebal berupa aneka syubhat (pengganggu pikiran) dan syahwat (pengganggu kemauan), sehingga ia tidak dapat memandang Akhirat secara baik. Akibatnya, manusia pun bermalas-malasan dalam beramal demi Akhirat serta condong dan merasa senang kepada dunia.

Apa yang menimpa Anda itu adalah ujian semacam ini. Padahal, apakah kelebihan dunia ini dibandingkan dengan Akhirat? Apakah keistimewaannya jika ditimbang dengan Akhirat? Nabi—Shallallâhu `alaihi wasallam—sudah bersabda, "Seandainya Dunia itu memiliki nilai seberat sayap nyamuk saja di sisi Allah niscaya Dia tidak akan memberi minum orang kafir di dalamnya walau hanya dengan seteguk air." [HR. At-Tirmidzi; Menurutnya: shahîh]

Hadits lain diriwayatkan dari Jâbir ibnu `Abdillâh, bahwa: Pada suatu ketika Rasulullah—Shallallâhu `alaihi wasallam—lewat di sebuah pasar sepulang dari suatu perkampungan di dataran tinggi Madinah, sementara orang-orang (para shahabat) berjalan di samping kiri dan kanan beliau. Saat itu, beliau melewati seekor bangkai kambing bertelinga mungil. Kemudian beliau mengambil bangkai itu dan memegang telinganya, seraya bersabda, "Siapakah di antara kalian yang mau membeli bangkai ini dengan harga satu dirham?" Para shahabat menjawab, "Kami tidak mau membelinya seharga berapa pun. Apa yang dapat kami perbuat dengannya?" Beliau bersabda lagi, "Apakah kalian mau bangkai ini menjadi milik kalian?" Mereka menjawab, "Demi Allah, seandainya kambing ini masih hidup pun, ia cacat, karena telinganya kecil. Apalagi ia sudah menjadi bangkai." Lalu beliau bersabda, "Demi Allah, sungguh dunia lebih hina di mata Allah daripada bangkai kambing ini di mata kalian." [HR. Muslim]

Jika demikian adanya, bagaimanakah bisa dikatakan bahwa dunia ini lebih baik daripada Akhirat? Jika Anda mengatakan: Kita di dunia menyembah Allah dengan puasa dan lain sebagainya, maka ketahuilah bahwa nafas penduduk Surga itu adalah tasbîh. Mereka menyembah Allah dengan tahmîd (pujian terhadap Allah) dan tasbîh (pernyataan sucinya Allah), sebagaimana diterangkan dalam firman Allah—Subhânahu wa Ta`âlâ, ketika menceritakan tentang ucapan penduduk Surga (yang artinya): "Doa (puja-pujian) mereka di dalamnya adalah: 'Subhânakallâhumma (Mahasuci Engkau, Wahai Tuhan kami)', dan ucapan penghormatan mereka adalah: 'Salâm (Salam sejahtera)'. Dan penutup doa mereka adalah: 'Alhamdulilâhi Rabbil 'âlamin (Segala puji bagi Allah, Tuhan semesta alam)'." [QS. Yûnus: 10]

Allah—Subhânahu wata`âlâ—juga berfirman (yang artinya): "Mereka berkata: 'Segala puji bagi Allah yang telah menunjukkan kami kepada (Surga) ini, dan kami sekali-kali tidak akan mendapat petunjuk kalau Allah tidak memberi kami petunjuk." [QS. Al-A`râf: 43]

Jadi, mereka senantiasa berada kondisi beribadah, walaupun mereka sudah berada dalam segala kenikmatan abadi dan naungan ridha Allah yang melingkupi mereka.

Wallâhu a`lam.

www.islamweb.net