Segala puji bagi Allah, dan shalawat serta salam semoga selalu tercurahkan kepada Rasulullah beserta keluarga dan para shahabat beliau.
Sudah tidak diragukan lagi, bahwa Allah—Subhânahu wa Ta`âlâ—mengatur segala sesuatu dengan kadar (ukuran)-nya masing-masing. Segala sesuatu di sisi-Nya memiliki ukuran yang jelas. Tidak satu pun peristiwa yang terjadi (melalui sebab-sebab yang mengantarkannya ke alam nyata) yang tidak mengandung hikmah besar dibaliknya. Bisa jadi ia merupakan pengingat tentang kekuasaan Allah Yang Maha Pengatur, bisa jadi merupakan peringatan dari-Nya, atau bisa jadi pula merupakan hukuman atas perbuatan yang dilakukan oleh para hamba.
Allah—Subhânahu wa Ta`âlâ—memiliki tentara-tentara di langit dan bumi, tiada yang mengetahui jumlahnya kecuali Allah—Subhânahu wa Ta`âlâ—sendiri. Dia berfirman (yang artinya):
· "Dan milik Allah-lah tentara-tentara langit dan bumi." [QS. Al-Fath: 4];
· "Dan tidak ada yang mengetahui tentara-tentara Tuhanmu melainkan Dia sendiri." [QS. Al-Muddatstsir: 31]
Sesungguhnya gempa bumi merupakan salah satu di antara tentara-tentara Allah, dan ia adalah salah satu bentuk bencana, dengan kedahsyatan yang dimilikinya. `Umar ibnu `Abdil `Azîz pernah berkata, "Tidaklah suatu bencana turun melainkan karena dosa, dan tidaklah ia diangkat melainkan dengan taubat."
Di zaman Khalifah `Umar—Semoga Allah meridhainya—pernah terjadi gempa bumi di Madinah, lalu `Umar berkata, "Tidaklah bumi ini bergoyang kecuali karena sesuatu yang kalian perbuat. Jika ia kembali datang, aku tidak akan tinggal lagi bersama kalian di dalamnya."
Tidaklah `Umar—Semoga Allah meridhainya—mengucapkan hal ini melainkan karena ia mengetahui bahwa Allah—Subhânahu wa Ta`âlâ—mengirim tanda-tanda kekuasaan-Nya, baik sebagai hukuman maupun sebagai peringatan. Jika peringatan sudah tidak mempan bagi orang yang diberi peringatan, dan hukuman sudah tidak lagi membuat sadar orang yang dihukum (sehingga mereka kembali melakukan dosa dan peringatan atau hukuman itu kembali datang), maka itu menunjukkan bahwa keburukan benar-benar telah tersebar luas.
Sebuah hadits diriwayatkan dari Ibnu `Umar—Semoga Allah meridhainya, bahwa ia berkata: "Pada suatu ketika, Rasulullah—Shallallâhu `alaihi wasallam—mendatangi kami, lalu bersabda: 'Wahai sekalian Kaum Muhajirin, ada lima perkara yang apabila telah melanda kalian (niscaya balasannya akan segera turun), tapi aku berlindung kepada Allah dari diujinya kalian dengannya: Tidaklah muncul perzinahan di sebuah kaum hingga mereka terang-terangan melakukannya melainkan akan menyebar di tengah mereka wabah dan penyakit-penyakit yang tidak pernah dikenal di masa orang-orang sebelum mereka; Tidaklah mereka mengurangi takaran dan timbangan melainkan mereka akan dihukum dengan kelaparan, paceklik, dan zalimnya penguasa terhadap mereka; Tidaklah mereka menghalangi (enggan membayarkan) zakat harta mereka melainkan mereka akan dihalangi dari hujan (ditimpa kemarau). Kalaulah bukan karena binatang-binatang ternak niscaya mereka tidak akan pernah mendapatkan hujan; Tidaklah mereka membatalkan perjanjian dengan Allah dan Rasul-Nya melainkan Allah akan mendatangkan musuh yang menguasai mereka dari kaum selain mereka, sehingga kaum itu mengambil sebagian apa yang ada di tangan mereka; Dan tidaklah pemimpin mereka enggan berhukum (menegakkan aturan) dengan Kitab Allah, dan memilih-milih aturan yang diturunkan oleh Allah (sesuai dengan selera mereka saja) melainkan Allah akan menumbuhkan perpecahan hebat di antara mereka'." [HR. Ibnu Mâjah]
Hukuman-hukuman yang disebutkan di dalam hadits ini terjadi karena dosa-dosa yang dilakukan oleh para hamba. Meskipun hukuman-hukuman tersebut secara lahiriah diakibatkan oleh faktor-faktor alami, tetapi yang sejatinya terjadi di balik itu adalah sebagaimana diinformasikan oleh Nabi—Shallallâhu `alaihi wasallam, yaitu akibat dosa yang dilakukan oleh tangan-tangan para hamba. Allah—Subhânahu wa Ta`âlâ—berfirman (yang artinya): "Dan apa saja musibah yang menimpa kalian adalah disebabkan oleh perbuatan tangan kalian sendiri. Dan, Allah juga memaafkan banyak hal (dari kesalahan-kesalahan kalian)." [QS. Asy-Syûrâ: 30]
Demikianlah. Kita berdoa semoga Allah menjaga Kaum Muslimin dari segala keburukan di mana pun mereka berada, serta memaafkan kesalahan mereka di mana pun mereka berada.
Wallâhu a`lam.