Suatu ketika, ia mendapatkan berita bahwa raja Romawi yang zalim bergerak memerangi negeri-negeri Islam, sehingga seorang wanita berteriak di tangan salah seorang tentara mereka, "Manakah Al-Mu'tashim?!"
Ia pun langsung menjawab seruan itu dari atas singgasananya, "Aku penuhi, aku penuhi panggilanmu!" Kemudian ia siapkan pasukan besar untuk membalas serangan musuh, demi menjaga kehormatan wanita muslimah yang dicemari oleh musuh-musuh Allah itu.
Nama lengkapnya adalah Abu Ishaq Muhammad ibnu Harun Ar-Rasyîd. Khalifah yang dikenal dengan nama Al-Mu'tashim Billâh Ini dilahirkan pada tahun 180 H. Ia kerap disebut dengan Al-Mutsamman (serba delapan), karena ia merupakan khalifah Dinasti Abbasiyah yang kedelapan, menjadi khalifah selama delapan tahun, menaklukkan delapan negeri, dan menahan delapan orang raja.
Al-Mu'tashim adalah seorang sosok pemberani. Pada suatu ketika, raja Romawi menulis surat ancaman kepadanya. Ia lalu menyuruh pembantunya membacakan surat itu. Setelah dibacakan, ia menyuruh membuang surat itu, kemudian berkata kepada sekretarisnya, "Tulislah: 'Aku sudah membaca suratmu dan telah mendengar permintaanmu. Jawabannya adalah apa yang akan engkau lihat, bukan apa yang engkau dengar. Dan orang-orang kafir akan mengetahui untuk siapa tempat kesudahan (yang baik) itu.' [QS. Ar-Semoga Allah meridhainya`d: 42]."
Al-Mu'tashim banyak melakukan perluasan daerah Islam dan menjalani berbagai peperangan di jalan Allah. Dalam sebuah riwayat dikisahkan bahwa ketika ia hendak berperang di Ammuriyah, para peramal mengatakan bahwa ia tidak akan menang, dan mereka memintanya untuk tidak berangkat. Namun ia tetap berangkat, dan ternyata dengan izin Allah, ia berhasil memperoleh kemenangan.
Al-Mu'tashim adalah seorang yang berakhlak mulia. Dalam sebuah riwayat diceritakan bahwa suatu ketika, saat hari hujan, ia pergi berjalan bersama beberapa temannya. Teman-temannya kemudian berpisah dengannya. Ketika berjalan itu, ia melihat seorang kakek dengan keledainya yang bermuatan barang berduri. Keledai kakek itu terpeleset ke lumpur sehingga barang yang dibawanya terjatuh. Kakek itu berdiri menunggu seseorang yang akan membantunya. Al-Mu'tashim pun turun dari kudanya, lalu mengeluarkan keledai itu dari Lumpur, dan kemudian menaikkan barang bawaan kakek itu ke atas punggungnya. Setelah itu, Al-Mu'tashim menunggu teman-temannya sampai mereka datang. Ia lalu menyuruh mereka berjalan bersama kakek itu untuk menolongnya.
Al-Mu'tashim juga merupakan seorang yang pemurah. Ahmad ibnu Abi Dâwûd menceritakan, "Al-Mu'tashim bersedekah dan memberi hadiah melalui tanganku dengan jumlah yang mencapai satu juta dirham."
Pada masa pemerintahannya, pembangunan berjalan dengan semarak, istana-istana berdiri, dan berbagai bangunan didirikan dengan megah.
Setelah perjalanan hidup yang penuh dengan amal yang bermanfaat bagi kaum muslimin, Al-Mu'tashm sakit. Saat itu, ia berkata, "Hilanglah tipu daya (segala upaya), dan sebenarnya ia bukanlah sebuah tipu daya." Ia meninggal pada tahun 227 H.
[Sumber: Ensiklopedia Keluarga Muslim]