Islam Web

Haji & Umrah

  1. Haji & Umrah
  2. Adab Kepada Diri Sendiri

Ambisi

Ambisi

Orang yang cerdas seyogianya tidak puas dengan kondisinya yang sudah ada, tetapi terus terobsesi meraih prestasi tertinggi, serta senantiasa berusaha mengubah kondisinya menjadi lebih baik, lebih mulia, dan lebih berguna. Setiap kali berhasil naik ke suatu tingkat, ia selalu melihat kepada tangga setelahnya, bukan atas dorongan obsesi duniawi atau dengan melanggar syariat Tuhannya.

Jika demikian kondisinya, ia berarti tidak memiliki target yang lebih rendah daripada Surga. Umar bin Abdul Aziz—Semoga Allah merahmatinya—pernah berkata, "Aku memiliki jiwa yang senantiasa menginginkan sesuatu. Dahulu, aku sangat ingin menjadi gubernur, dan ketika aku sudah meraihnya, aku ingin menjadi khalifah. Ketika sudah meraihnya pula, aku menginginkan Surga.”

Inilah yang disebut dengan ambisi atau obsesi, yaitu suatu kondisi di mana diri mengharapkan hal yang lebih sempurna, lebih bagus, dan lebih mulia daripada apa yang sudah ada.

Rasulullah—Shallallâhu `alaihi wasallam—selalu mengarahkan umat beliau untuk mencari hal-hal yang bernilai tinggi dan membersihkan diri dari perkara-perkara tidak bernilai. Beliau bersabda, "Sesungguhnya Allah—Subhânahu wata`âlâ—menyukai perkara-perkara yang tinggi dan mulia, tidak menyukai hal-hal yang rendah (tdiak bermakna).”

Perbedaan Antara Ambisi dan Cita-cita Tinggi

Adalah benar bahwa ambisi dan cita-cita tinggi memiliki kesamaan dari segi tujuan, yaitu menggapai hal-hal yang lebih tinggi. Namun keduanya berbeda dari segi motif dan sarana. Motif yang mendorong cita-cita tinggi mungkin saja adalah rasa gengsi bila memiliki posisi rendah atau demi menepis rasa terhina bila ada kekurangan. Sedangkan motif penggerak ambisi adalah kecenderungan diri untuk selalu meraih yang lebih tinggi. Adapun dari sisi sarana, cita-cita tinggi biasanya tidak akan membawa pemiliknya keluar dari jalan mulia yang selaras dengan syariat Allah. Sementara kita menemukan bahwa ambisi kadang membuat pemiliknya cenderung kepada sikap berlebihan dan pemborosan.

Satu hal yang juga tidak diragukan adalah bahwa jika orang yang memiliki ambisi tidak mengerahkan daya-upayanya untuk sampai kepada tujuannya, maka itu hanya akan menjadi sebatas angan-angan. Ambisius sejati adalah orang yang selalu berusaha untuk meraih apa yang ia inginkan, bahkan memaksa dirinya untuk berlelah-lelah menjalani usahanya.

Sesungguhnya perkara-perkara yang tinggi harus digapai melalui jalan-jalan yang terjal, dikelilingi oleh hal-hal yang tidak menyenangkan. Oleh karena itu, Mu`awiyah—Semoga Allah meridhainya—berkata kepada `Amr ibnul `Ash—Semoga Allah meridhainya, "Siapa yang mencari sesuatu yang agung harus siap mempertaruhkan keagungan yang dimilikinya.”

`Amr ibnul `Ash juga pernah berkata, "Kalian harus berusaha meraih semua hal yang berpotensi menggelincirkan dan mencelakakan.” Maksudnya, kalian harus berusaha meraih perkara-perkara yang besar dan luar biasa.

Ambisi Orang-orang Besar

Orang-orang besar selalu menginginkan hal-hal yang lebih tinggi, serta menjauhkan diri dari perkara-perkara remeh dan tidak bermakna. Karenanya, Anda bisa melihat mereka berambisi kepada hal-hal berikut:

1.   Membekali Diri dengan Ilmu.

Ketika mereka mengetahui bahwa ilmu merupakan kedudukan tertinggi yang diburu oleh seluruh cita-cita manusia dan bangsa di dunia, mereka pun mengerahkan segenap waktu dan harta mereka untuk ilmu. Mereka juga tidak mau menyia-nyiakan ilmu yang telah mereka capai. Demi ambisi itu, mereka rela menempuh berbagai kesulitan dan derita, mulai dari kesengsaraan dan kerasnya hidup, jauh dari tanah air dan keluarga, sampai harus menjauhi tidur dan bersenda gurau. Hingga ada yang berangkat dari daerah asalnya ke negara lain ‘hanya’ demi mencari satu hadits, dengan membawa tekad membaja dan keinginan kuat untuk memanfaatkan setiap detik kehidupan.

2.   Gugur Sebagai Syahid.

Ketika pemilik ambisi dan cita-cita tinggi itu mengetahui apa yang Allah janjikan kepada orang yang mati syahid di jalan-Nya, mereka pun berlomba-lomba untuk meraihnya tanpa basi-basi dengan orang lain. Imam Ath-Thabrâni meriwayatkan dari Abdullah bin Umar—Semoga Allah meridhai keduanya—bahwa Umar—Semoga Allah meridhainya—berkata kepada saudaranya pada saat perang Uhud, "Ambillah perisaiku, wahai Saudaraku (untuk melindungimu)!" Saudaranya menjawab, "(Tidak), aku juga menginginkan mati syahid seperti yang engkau inginkan." Keduanya pun kemudian meninggalkan perisai itu.

3.   Menggapai Surga.

Pernah dikatakan kepada Al-`Attâbi, "Si Fulan memiliki cita-cita yang tinggi." Ia pun menanggapi, "Kalau begitu, ia pasti tidak mempunyai tujuan yang lebih rendah daripada Surga."

Semua tujuan selain Surga adalah rendah bila dibandingkan dengannya. Tapi ini tidak menghalangi kita untuk memiliki ambisi meraih hal-hal yang besar dalam urusan-urusan dunia, tentu dengan tetap komitmen terhadap syariat Allah, tidak melanggar batasan-batasan-Nya, serta selalu menyertakan niat yang benar dalam semua gerak.

 

 

Artikel Terkait

Keutamaan Haji