Islam Web

  1. Fatwa
  2. SIRAH (BIOGRAFI NABI)
  3. Karakter Rasulullah
  4. Ibadah
Cari Fatwa

Hidup dan Mati Rasulullah untuk Tuhan Semesta Alam

Pertanyaan

Apakah Rasulullah—Shallallâhu `alaihi wasallam—terus beramal setelah menjadi nabi, ataukah berhenti? Jika beliau terus beramal, apa saja amalan beliau?

Jawaban

Segala puji bagi Allah, dan shalawat serta salam semoga selalu tercurahkan kepada Rasulullah beserta keluarga dan para shahabat beliau.

Kebiasaan hidup Rasulullah—Shallallâhu `alaihi wasallam—sepanjang hayat beliau adalah beribadah kepada Allah dan menjalankan perintah-Nya. Beliau berpuasa dan shalat, bahkan akhlak beliau seluruhnya adalah Al-Quran. Semua itu telah diriwayatkan di dalam hadits-haidts shahîh. Itulah adat dan kebiasaan beliau sampai beliau wafat. Bagaimana tidak, karena kepada beliaulah Allah menurunkan firman-Nya (yang artinya): "Dan sembahlah Tuhanmu sampai datang kepadamu yang diyakini (ajal)." [QS. Al-Hijr: 99]

Ayat yang mulia ini menunjukkan secara jelas bahwa seorang manusia, selama ia hidup dan memilik akal, dituntut untuk terus menyembah Tuhannya sekuat kemampuannya. Di antara yang menguatkan hal ini adalah perkataan Nabi Isa—`Alaihis salâm—(sebagaimana tercantum dalam firman Allah—Subhânahu wa Ta`âlâ—yang artinya): "Dan Dia memerintahkan kepadaku (agar mendirikan) shalat dan (menunaikan) zakat selama aku hidup." [QS. Maryam: 31]

Adapun tafsiran sebagian orang zindiq terhadap ayat surat Al-Hijr di atas, bahwa makna: "yang diyakini" itu adalah keyakinan dan makrifat (pengetahuan) tentang Allah, dan bahwa ayat tersebut berarti apabila seorang hamba telah sampai pada derajat makrifat tentang Allah, yang diungkapkan dengan istilah "yakin" itu, gugurlah darinya kewajiban ibadah dan ajaran-ajaran Syariat, karena keyakinan tersebut adalah puncak dari perintah ibadah, merupakan tafsiran kekufuran dan kemurtadan dari Agama Islam, berdasarkan ijmâ` (kesepakatan) Kaum Muslimin. Tafsiran semacam ini disebut sebagai tafsiran 'main-main'. Telah jamak diketahui, bahwa para nabi—`Alaihimus salâm—adalah manusia-manusia yang paling mengetahui (makrifat) tentang Allah, paling mengenal hak-hak-Nya, sifat-sifat-Nya, dan kewajiban pengagungan terhadap-Nya. Tapi meskipun demikian, mereka adalah hamba-hamba Allah yang paling banyak beribadah kepada-Nya, paling takut kepada-Nya, dan paling mengharapkan rahmat-Nya. Allah—Subhânahu wa Ta`âlâ—berfirman (yang artinya): "Sesungguhnya yang takut kepada Allah di antara hamba-hamba-Nya hanyalah para ulama. Sungguh, Allah Mahaperkasa lagi Maha Pengampun." [QS. Fâthir: 28]

Wallâhu a`lam.

Fatwa Terkait

Cari Fatwa

Anda dapat mencari fatwa melalui banyak pilihan

Today's most read